Kisah dirimu dan negriku

kumpulan teori dan sajak takan bisa menafsirkan kamu dan negri ku secara kompleks, namun akan kujelaskan perlahan agar kamu mengerti, bagiku dua arah angin yang datang memelukku seperti dirimu dan negri ini, dialektik yang bermusuhan berperang seperti kawanan burung 

Ingin rasanya menjelaskan dihadanmu dan pemimpin ku bahwa kita perlu menguraikan, ada banyak bintang yang menunggu kita nikmati dan syukuri tentang sebuah ruang imajinasi yang membangun peradaban negri dengan berbagai aliansi, ku tuliskan namamu disetiap langkahku, langkah yang mengikuti hitam dan kotornya lumpur 

Cakrawala yang membentangi dua insan yang sibuk bertikai dalam hamparan dekonstruksi dekonstruksi yang menghiasi bumantara memancarkan kepahitannya ,kau khawatir dengan diriku yang termakan asumsi asumsi manis dengan gelagat aneh, kau takut keadaan rasa ini merebut logika yang menjadi pungung deduksi alamiahku

Delusional yang melambawiku seakaan dengan keras menaruh angan dalam jemarimu, irama yang dilanturkan bumi bergejolak dengan ilustri ilustri pancaran negatif di kalangan dengan berbagai sudut pandang yang tiada bentuk juga impian, seharusnya berlangkah beriringan dengan menyatukan perbedaan dalam kata berjuang nampaknya kau hiraukan dan bungkam

Bagiku mencintaimu dan negriku itu sifat yang absolut karna aku manusia yang dinamis dan mengungkapkan sebuah rasa yang terpendam bagi ku sulit, karna aku bukan retorika yang bisa dikenang, bukan pejabat yang bisa merapat kedalam sudut hati dan nadirmu, merangkap imitasi dengan kondisi bermacam subtansi, senyummu seakan menjadi pokok pangan hidupku, kau pemuda yang mampu menjelma sebagai panganku membuatku buta untuk terus membelinya lagi dan lagi 

Bulan ke bulan negri ini dan dirimu tak banyak memberi kepastian seperti luka dilantarkan, sekarang ku tegaskan apa kita sama rata sama rasa beri aku sekedar penumpang keputusan agar sedikit lega menghela napas, bertahan dengan ketidakadilan tak membuatmu istimewa di hadapan semesta, caramu memikat diriku dengan erat tak membuat dirimu bijak dikalangan samudra 

Sekiranya dengarkan tapak kakimu beranjak dengarkan naluri lidahmu bergema dan rasakan gemerintik fajar yang mengejar tanpa kabar, yang ku butuhkan sebuah kepastian bukan suapan, yang ku mau kau menyayangiku bukan menindak pidanaku seolah aku yang salah memberi harapan, yang ku inginkan kau menulis untuk ku bukan surat kabar berita yang diperjelas dengan data yang tak tersampaikan kebenarannya

Menanti hujan reda ditengah kota jakarta diselinggi gedung tua dengan kopi paradigma yang bermalaman dengan topik dewasa, sepekan berselang pijar konflik tak kunjung merada, panjangnya diskriminatif tak ada ujungnya, tamparan demonstrasi tak punya maramnya, akankah bulir bulir matahari dapat menyinari pagi dari dalam jendela yang terhalang kain yang lebat dengan melayangkan pandangan dari bermacam macam argumentasi bukan arogansi, kau lebatkan negosiasi dengan sejumlah apresiasi tapi kau acak aposisi dengan dinamika validasi 

Jikalau alam menghendaki untuk aku mencermati dirimu dan negriku akan ku kordinasi semua luapan luapan yang termaktub dalam gerutu yang berbatu, dari jutaan bintang yang dihamparkan angkasa, aku sebagai perempuanmu memilihmu untuk berjalan disebelahku menuju puncak yang sama dan aku sebagai rakyatmu memilihmu untuk terus berjalan di area tropis agar terus mendaki mencari arah baru datang 

Bukan cita cita yang membuatku harus memulai perjalanan tapi karna aku terjatuh dalam cita cita itu yang membuatkan harus terus hidup untuk mencari arah angin, tanpa menemukanmu aku takan mampu menyelam melewati arus memanggil namun aku terlalu biasa untuk menaklukanmu, tanpa mngenalmu aku takan ganas untuk menerobong mimpiku dan passion yang ku anut namun aku terlalu lemah untuk bisa jalan beriringan denganmu 

Kau harus tau salah satu karunia tuhan yang bisa kunikmati dengan cuma cuma selain langit dan angkasa, senyummu dan keadilan negri ini, seolah olah sebagian bumi ini hanya akan kuceritakan likak likuk dirimu dan penguasaku lagi pula selembar kertas tak mampu menuliskan betapa pentingnya kau dan indonesia di hadapanku, rasanya tak patut diucap tak usang di pendam tak gempar di injak meski keelokan dan ke lokalan dirimu dan negri ini membuatku sakit dan kecewa namun kau tetap dari apa yang hatiku rasakan 


Comments

Popular posts from this blog

SEMENTARA UNTUK TENANG

PUISI INI DUSTA

usia 20